Jumat, 19 September 2014

CERPEN

KUPILIH KAU ATAU DIA

 

Ujian nasional di sekolahku telah usai. “tinggal nunggu hasilnya aja” gumam ku dalam hati.
Sembari menunggu aku bergegas berangkat ke Jakarta untuk bekerja di sana. Memang ijazah belum ada tapi karena bantuan tante aku, aku bisa masuk disana. “Selamat tinggal Malang” gumamku sembari masuk ke dalam gerbong kereta.
Tepat pukul 10.40 aku tiba di Jakarta. Terperangah aku melihat ramainya Jakarta yang berhias lalul lalang kendaraan, gedung-gedung tinggi nan megah. “buset, beda banget kayak Malang” kata ku terpukau. Serasa mimpi aku berada di sini. “Hei, malah bengong ayo berangkat kita interview ke kantor”, kata tanteku. Aku hanya mengangguk dan berjalan mengikutinya.
Di dalam taksi aku hanya tidur, kepala rasanya pusing banget. Tak sadar aku telah sampai. Tak ku pedulikan banyak lelaki muda yang memperhatikan ku. “ugh, capeknya..” aku pun bergegas ke toilet dan merapikan dandanan ku “bismillah” ujarku.
Interview pun selesai. Akhirnya aku bisa bernafas sedikit lega dan esok aku sudah mulai bekerja.
Aku bekerja di salah satu perusahaan cargo sebagai seorang admin. Di sini aku belajar dan terus belajar. Sampai suatu ketika aku berkenalan dengan seorang cowok. Sebenarnya aku ilfil dengannya, dia sering melempar senyum gak jelas padaku tapi ya sudahlah..
“Sandri!” itulah nama cowok yang seumuran dengan ku. Dia 1 kantor dengan ku cuma bedanya dia bagian pick up barang.
“sa, boleh minta nomor handphone kamu gak?” sandri menyodorkan handphonenya dengan melempar senyum dengan wajah tersipu malu.
“boleh” sambil ku raih handphonenya.
“nih..” ku sodorkan handphone yang telah tertulis nomor handphoneku.
“makasih ya irsa, aku sms” kata sandri sambil tersenyum. Aku mengangguk dan berlalu.
Setiap hari kita smsan, dia sering telpon aku, ngajak aku makan, dia perhatian padaku. Aku merasa nyaman di dekatnya. Hari-hariku berwarna karena sandri selalu ada untuk mewarnainya. Bahagianya aku.
Tak terasa 6 bulan lamanya aku dekat dengannya tapi tidak ada tanda-tanda kalau dia menyukaiku “huft..” gumamku. Sampai suatu ketika aku berkenalan dengan bagas. Dia adalah sosok lelaki tampan, baik dan tak sombong. Dia tipe orang pekerja keras sama dengan sandri. Sandri dan bagas adalah sepasang sohib. Tapi aku dekat dengan keduanya. Aku bosan dengan sikap sandri yang sengaja PHP padaku. Sering pada saat aku bersama sandri, aku dan bagas telponan. Itu membuat sandri diam dan aku tau dia cemburu tapi tak ku hiraukan. Memang bagas seorang player kelas atas. Tapi aku hanya menggunakan kedekatan ku dengannya untuk memancing sandri agar cepat menyatakan cinta padaku.
Suatu malam, aku sedang telponan dengan bagas. Sandri datang dan duduk di sebelahku.
“siapa itu?” tanya sandri.
“bagas dong” jawabku sewot. Sandri pun terdiam sampai aku selesai telpon dia masih tetap terdiam.
“kenapa kamu?” tanyaku.
“gak papa. Kamu suka sama bagas?” tanya sandri dengan wajah memelas.
“hmmm, kenapa emang?” jawabku sewot.
“kamu tau kan bagas cewek nya banyak?” ujar sandri meyakinkanku.
“tau. Biarin aja jadi nomor berapapun aku siap kok daripada sama kamu, kamu trus aja PHPin aku. Aku bosan dengan sikapmu” ujarku tertunduk dengan tangis yang ku bendung. Sandri hanya diam tertunduk.
“aku gunain bagas buat tau kamu sayang aku apa gak. Tapi hasilnya nol besar. Kamu diam tanpa ekspresi tiap aku pamer kemesraan padamu. Hatiku sakit. Aku bosan sandri! Aku benar-benar bosan!!” ujarku. Tangisan ku pun tumpah tak dapat ku bendung lagi.
“apa kamu gak peka? Apa bagas selalu ada buat kamu? Tiap hari aku perhatian sama kamu. Ingetin kamu makan, ajak kamu makan, sms telpon tiap hari, nyamperin kamu tiap pulang kerja itu karena aku sayang kamu sa” ujarnya sambil menatap dalam mataku sembari menyeka tangisanku.
“sa, aku sayang sama kamu. Can you be my girl?” ujar sandri sambil mencium tanganku. Aku tertegun sejenak dan ku jawab..
“i can. Aku pilih kamu bukan dia. Aku juga sayang sama kamu” kami pun berpelukan dan ia mencium pipiku sambil berkata..
“iya sayangku. I love you so much forever until die..”

Sehari semalam waktu perjalanan yang ku tempuh untuk sampai disana. Semarang, Tegal, bla.. bla.. bla.. Ugh, banyak sekali kota yang telah aku lalui. Lelah, penat, bosan, pegal bercampur jadi satu. “hmm, kapan sampainya?” gerutuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar